Individu dewasa yang menghadapi ketidakamanan energi, seperti kesulitan membayar tagihan listrik atau menjaga suhu rumah tetap aman, ternyata rentan mengalami gejala kecemasan dan depresi. Temuan ini didasarkan pada penelitian terbaru yang dilakukan oleh peneliti dari Georgia Institute of Technology dan Case Western Reserve University yang dipublikasikan di JAMA Network Open.
Studi tersebut menganalisis hampir 1,14 juta tanggapan dari survei Household Pulse Survey milik Biro Sensus Amerika Serikat antara Desember 2022 hingga September 2024. Peserta survei diminta untuk menjawab pertanyaan seputar keuangan rumah tangga, penggunaan energi, dan gejala kecemasan atau depresi.
Hasilnya menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami kesulitan dalam membayar tagihan energi atau mengatur suhu rumah sesuai kebutuhan. Bahkan, sebanyak 34% peserta terpaksa mengurangi kebutuhan dasar, seperti makanan atau obat, untuk menutup biaya energi.
Peneliti menemukan bahwa orang dewasa yang mengalami ketidakamanan energi memiliki risiko dua kali lipat untuk mengalami kecemasan dan depresi daripada mereka yang tidak mengalami masalah energi. Faktor lain, seperti ketidakamanan pangan atau perumahan, juga mempengaruhi kesehatan mental individu.
Para penulis studi menjelaskan bahwa tekanan finansial, ketidaknyamanan fisik, dan pilihan sulit dalam memenuhi kebutuhan dasar dapat menyebabkan stres kronis yang merugikan kesejahteraan mental. Mereka menekankan perlunya memasukkan ketidakamanan energi dalam indikator sosial penentu kesehatan dan meningkatkan program perlindungan dan efisiensi energi di rumah tangga.
Krisis iklim dan inflasi yang terus meningkat membuat beban keluarga semakin berat, terutama bagi rumah tangga dengan penghasilan rendah. Diperlukan langkah-langkah konkret dari pemerintah untuk mengatasi masalah ketidakamanan energi ini agar kesehatan mental individu dapat terjaga dengan baik.
