Pada tanggal 1 November 2025, Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri mengusulkan pembentukan Konferensi Asia-Afrika Plus yang melibatkan negara-negara dari Asia, Afrika, hingga Amerika Latin. Dalam pidatonya di Museum Bung Karno, Blitar, Megawati menyatakan pentingnya forum ini sebagai wadah bagi negara Global South untuk menciptakan masa depan yang lebih adil tanpa ketimpangan struktural global. Gagasan “KAA Plus” ini merupakan lanjutan semangat Konferensi Asia-Afrika di Bandung pada tahun 1955, namun kali ini untuk menghadapi ketimpangan ekonomi, hegemoni teknologi, dan dominasi geopolitik di abad ke-21.
Megawati menekankan bahwa arsitektur global saat ini masih timpang, di mana negara Global South dengan populasi yang besar hanya memiliki sebagian kecil dari PDB global. Dia juga menyoroti ketergantungan negara berkembang terhadap negara maju dalam sektor teknologi tinggi, yang menambah kesenjangan inovasi. Ide Konferensi Asia-Afrika Plus menjadi inisiatif diplomasi strategis untuk mengisi kekosongan dalam forum yang menggabungkan Asia, Afrika, dan Amerika Latin secara permanen.
Megawati juga menegaskan bahwa kedepannya, diplomasi internasional tidak dapat hanya bergantung pada kekuatan militer atau dominasi ekonomi semata. Kehadiran moralitas peradaban menjadi hal yang penting dalam membangun masa depan. Langkah ini sejalan dengan tren global dimana negara-negara Global South semakin memperkuat koordinasi melalui berbagai forum seperti BRICS, G77 dan China, dan Gerakan Non-Blok Revival. Megawati berharap bahwa Konferensi Asia-Afrika Plus dapat menjadi langkah awal untuk membangun arsitektur baru ekonomi dan teknologi global yang lebih merata.





