Makanan ultra-olahan, meskipun terasa lezat, telah diketahui memiliki dampak buruk bagi kesehatan, terutama kesehatan otak. Pola makan yang tinggi makanan ultra-olahan dapat berkontribusi pada berbagai masalah kesehatan seperti obesitas, diabetes tipe 2, penyakit jantung, kecemasan, depresi, dan peningkatan risiko kematian. Bahkan, penelitian menunjukkan bahwa makanan ultra-olahan dapat meningkatkan risiko demensia dan Alzheimer.
Ahli saraf Pablo Quiroga Subirana menjelaskan bahwa banyak bukti ilmiah yang mendukung hubungan antara konsumsi makanan ultra-olahan dengan risiko demensia. Produk-produk ini mengandung gula, lemak jenuh, dan zat aditif buatan yang dapat merusak tidak hanya jantung, tetapi juga otak. Konsumsi makanan ini dapat menyebabkan peradangan kronis dalam tubuh, yang pada gilirannya dapat merusak jaringan otak dan meningkatkan risiko Alzheimer.
Studi terbaru yang diterbitkan dalam American Journal of Clinical Nutrition menemukan bahwa daging dan minuman ultra-olahan merupakan yang paling merugikan bagi kesehatan otak. Orang yang mengonsumsi makanan ini secara berlebihan setiap hari memiliki risiko signifikan mengalami gangguan kognitif, termasuk demensia seperti Alzheimer. Meskipun konsumsi makanan ultra-olahan secara keseluruhan tidak menunjukkan peningkatan risiko gangguan kognitif, jenis makanan tertentu seperti daging ultra-olahan dan minuman manis berisiko meningkatkan risiko tersebut.
Peneliti menyarankan untuk memilih makanan dengan bijaksana dan tetap seimbang dalam pilihan makanan sehari-hari. Dengan demikian, dapat mengurangi risiko gangguan kognitif dan mendukung kesehatan otak secara keseluruhan. Mendeteksi dan mengurangi konsumsi makanan ultra-olahan dan minuman berisiko dapat membantu menjaga kesehatan otak dan mencegah timbulnya gangguan kognitif. Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan jenis makanan yang dikonsumsi setiap hari untuk menjaga kesehatan tubuh dan otak.
