Sebuah studi internasional terbaru menantang keyakinan lama bahwa tumbuh dalam keluarga religius akan membuat seseorang lebih sehat, damai, dan kuat di masa tua. Riset yang dipublikasikan di jurnal Social Science & Medicine menjelaskan hubungan antara didikan religius di masa kecil dengan kesehatan di kemudian hari. Tim peneliti menggunakan data dari “Survey of Health, Aging, and Retirement in Europe” yang melibatkan lebih dari 10.000 responden di atas 50 tahun di Eropa.
Algoritma causal forest digunakan untuk menelusuri hubungan sebab-akibat antara masa kecil yang religius dan kondisi kesehatan di masa tua. Temuan mengejutkan muncul, bahwa peserta yang dididik secara religius justru menilai kesehatan mereka di usia tua sedikit lebih rendah dibanding kelompok sekuler. Ada pola berlapis dalam aspek kesehatan fisik, mental, dan kognitif antara kelompok religius dan sekuler.
Para lansia yang justru terlihat lebih sehat berasal dari keluarga stabil dan secara ekonomi cukup, menunjukkan konteks sosial lebih berpengaruh daripada ajaran moral religius. Temuan ini mencerminkan Eropa yang semakin sekuler, di mana agama kini tampak kurang protektif dalam konteks sosial modern. Meskipun agama dapat memberikan manfaat, namun tidak cukup kuat untuk meniadakan risiko kesehatan yang bersumber dari beban sosial dan ekonomi jangka panjang.