Pertarungan untuk menggulingkan presiden FIA, Mohammed Ben Sulayem, dalam Sidang Umum Desember ini tampaknya telah berakhir karena para pesaingnya gagal mengajukan tim yang memenuhi syarat. Ben Sulayem, yang berusia 63 tahun dari Uni Emirat Arab, berencana untuk menjabat masa jabatan kedua sebagai presiden FIA. Sebelumnya, tiga kandidat potensial, termasuk mantan steward F1 Tim Mayer, pembalap Swiss Laura Villars, dan presenter TV Belgia, Virginie Philippot telah muncul sebagai pesaing. Mereka semua diberikan waktu antara tanggal 3 hingga 24 Oktober untuk mengajukan penawaran, termasuk membentuk daftar presiden yang akan mendampingi mereka.
Daftar ini juga mencakup sejumlah jabatan tertentu, termasuk wakil presiden untuk mobilitas otomotif dan pariwisata serta wakil presiden untuk olahraga. Tidak hanya itu, syarat lainnya bagi kandidat adalah harus menjadi anggota Dewan Motor Sport Dunia. Namun, dengan Fabiana Ecclestone sebagai satu-satunya perwakilan dari Amerika Selatan yang memenuhi syarat, mekanisme lain untuk mengajukan kandidat dari wilayah tersebut terhambat.
Meskipun ada upaya Mayer untuk meraih dukungan di Amerika Selatan, Ben Sulayem juga telah memperoleh dukungan di sejumlah wilayah lain seperti Asia dan Afrika. Meskipun mendapatkan kritik atas kepemimpinannya, Ben Sulayem dipuji atas peningkatan kondisi keuangan FIA setelah pandemi COVID-19. Namun, perubahan statuta dan kode etik yang diprakarsai oleh Ben Sulayem dihadapi penolakan, menimbulkan gejolak di dalam FIA. Meski demikian, pemilihan presiden FIA tetap menjadi sorotan karena dinilai memiliki dampak signifikan bagi keseluruhan organisasi.





