Banjir dahsyat melanda Afrika Selatan dan menelan sedikitnya 49 korban jiwa di Provinsi Eastern Cape, wilayah termiskin negara tersebut. Musibah ini terjadi sejak Selasa pagi, 10 Juni 2025, saat badai ekstrem melanda kawasan tenggara Afrika Selatan. Hujan lebat, angin kencang, dan bahkan salju turun di wilayah pedesaan yang tak siap menghadapi cuaca ekstrem. Perdana Menteri Eastern Cape, Oscar Mabuyane, menyatakan bahwa ini merupakan salah satu bencana cuaca terburuk dalam sejarah wilayah tersebut, dengan banyak korban jiwa yang sudah ditemukan dan diperkirakan angka ini akan terus bertambah.
Di antara korban tewas adalah enam siswa sekolah menengah yang tenggelam setelah bus sekolah mereka terjebak dan hanyut ke sungai di dekat Kota Mthatha, wilayah paling parah terdampak. Empat siswa lainnya masih hilang, sementara beberapa berhasil selamat. Bencana ini juga menyebabkan ratusan keluarga kehilangan tempat tinggal, dengan banyak rumah, sekolah, dan rumah sakit yang mengalami kerusakan parah. Presiden Afrika Selatan, Cyril Ramaphosa, menyatakan duka cita dan memerintahkan penanganan darurat untuk membantu para korban bencana.
Afrika Selatan merupakan wilayah rentan terhadap bencana alam seperti ini, dan warga miskin biasanya menjadi kelompok paling terdampak. Meskipun tim pencarian dan evakuasi terus berlangsung, pemerintah tetap mengimbau warga untuk tetap waspada terhadap potensi longsor dan banjir susulan. Upaya penyelamatan dan distribusi bantuan juga terhambat oleh hujan salju yang turun di beberapa wilayah. Dengan kondisi ini, kerjasama antara pemerintah pusat dan daerah sangat diperlukan untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan oleh bencana ini.