Pada Rabu, 1 Januari 2025, seorang pejabat Dana Anak-anak PBB (UNICEF) mengungkapkan bahwa tujuh bayi meninggal akibat cuaca dingin ekstrem di Jalur Gaza pada akhir Desember 2024. Ricardo Pires, manajer komunikasi UNICEF, menyatakan bahwa sejak 23 Desember, bayi-bayi itu telah kehilangan nyawa karena kurangnya tempat perlindungan yang memadai. Ia menekankan bahwa kondisi yang dihadapi keluarga di Gaza sangat buruk selama lebih dari 14 bulan, dengan cedera akibat dingin seperti radang dingin dan hipotermia mengancam nyawa bayi baru lahir dan anak-anak yang tinggal di tenda atau tempat penampungan yang tidak layak.
Pires juga mengungkapkan bahwa situasi krisis yang lebih luas melanda Gaza, termasuk kekurangan tempat berlindung, gizi, dan layanan kesehatan yang memadai. UNICEF telah berkomitmen untuk terus mendistribusikan pakaian musim dingin, selimut, dan perlengkapan darurat bagi anak-anak di Gaza, meskipun bantuan kemanusiaan yang tersedia masih jauh dari cukup untuk kebutuhan yang besar di wilayah tersebut.
Selain ancaman cuaca dingin, krisis di Gaza semakin parah akibat serangan militer Israel sejak 7 Oktober 2023. Blokade ketat yang diberlakukan Israel telah menyebabkan hampir 45.500 kematian, kebanyakan di antaranya adalah perempuan dan anak-anak. Organisasi internasional seperti Mahkamah Pidana Internasional (ICC) dan UNICEF terus menyerukan upaya untuk mengakhiri krisis kemanusiaan di Gaza, memberikan perlindungan bagi warga sipil, dan memastikan anak-anak tidak menjadi korban konflik yang terus berkepanjangan.