Yogyakarta – Kontestasi politik di Pileg 2024 sudah mulai terasa geliatnya saat ini. Caleg-caleg dari partai-partai yang berkontestasi di Pileg 2024 saat ini mulai mengenalkan diri kepada masyarakat untuk memperoleh dukungan suara.
Sejumlah cara kampanye unik dilakukan para caleg untuk merebut simpati dan suara masyarakat. Salah satu caleg yang melakukan cara unik dalam berkampanye adalah caleg DPR RI dari Partai Golkar untuk Dapil DIY Setiya.
Setiya lebih memilih membuat film series dengan judul Tahu Gibran untuk membantunya mengenalkan diri ke masyarakat. Setiya memilih tahu sebagai narasinya untuk berkampanye.
“Saya sedikit mencoba untuk memaksa diri berkreasi dan berinovasi dalam berkomunikasi kepada masyarakat dengan cara berbeda yaitu dengan film,” kata Setiya saat screening film Tahu Gibran The Series di Sleman Creative Space, dikutip Selasa, 19 Desember 2023.
Setiya mengaku mengajak masyarakat untuk memilih dengan tahu. Setiya beralasan masyarakat di DIY ini butuh delapan anggota DPR RI yang tahu masyarakat dan mau tahu masalah serta aspirasi masyarakat.
“Jangan cuma memilih tapi kita nggak tahu dia dan kita memilih dia nggak mau kita. Malah ada masalah dia pura-pura nggak tahu itu menyedihkan,” ujarnya.
Series Tahu Gibran tersebut memiliki tujuh episode dan disutradarai oleh Arifin Notonegoro. Film Tahu Gibram menceritakan tentang seorang anak muda bernama Gibran. Gibran adalah seorang mahasiswa dengan latar belakang orang tua bekerja sebagai petani di salah satu desa di Yogyakarta.
Berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat coba ditampilkan seperti mahalnya biaya operasional sekolah, kelangkaan dan mahalnya bibit tanaman pangan, hingga kesulitan anak muda mencari kerja.
Pada season pertama ini, Tahu Gibran yang akan tayang berkala di Youtube, merilis langsung 7 episode dengan durasi masing-masing sekira 5 menit.
Setiya yang dalam series Tahu Gibran ini menjadi produser menambahkan, tahu yang dimaksud dalam film series ini bermakna mengetahui, mengerti, memahami.
Setiya menyebut suatu nilai yang semestinya dimiliki semua pihak dalam berdemokrasi. Tidak saja dimiliki oleh rakyat namun juga para politisi, khususnya calon wakil rakyat.
“Nilai yang terus menerus perlu di upgrade dari waktu ke waktu. Tahu apa makna dari pemilu tidak sedikit masyarakat yang masih belum cukup tahu arti penting dari pemilu,” jelas Setiya.
Sedangkan Sutradara Tahu Gibran Arifin Notonegoro mengungkapkan, tahu dipilih sebagai narasi dalam film series ini. Sebab, makanan yang dibuat dari endapan perasan biji kedelai yang mengalami koagulasi tersebut adalah makanan rakyat serta diproduksi oleh rakyat yakni UMKM.
“Tahu mirip seperti makna demokrasi. Sehingga bisa menggambarkan esensi demokrasi. Dari, oleh dan untuk rakyat,” katanya.
Tahu, lanjut Arifin dikatakan adalah makanan yang tidak saja sehat dikonsumsi namun juga sehat untuk menggerakkan ekonomi rakyat.
Arifin membeberkan ribuan masyarakat mendapatkan berkah ekonomi dari tahu, sejak dari hulu hingga hilir. Dari produksi tahu, hingga perdagangan dan beragam varian kuliner berbahan tahu.
“Tahu yang baik justru dibuat dari bahan baku kedelai lokal, bukan kedelai impor. Ini juga menunjukkan nilai kedaulatan pangan,” ujarnya
Terkait pemilihan nama Gibran sebagai tokoh utama tidak berkaitan dengan sosok cawapres Prabowo Subianto yakni Gibran Rakabuming Raka. “Hanya kebetulan saja, tokoh dan cerita hanyalah fiktif,” tutup Arifin.