Rabu, 1 November 2023 – 08:09 WIB
Selama berminggu-minggu, Iman Hermas yang merupakan warga Palestina dengan antusias bersiap mengunjungi suaminya yang dipenjara, Saeed. Ia berada di penjara Gurun Negev Israel. Pada 15 Oktober, Iman tidak bisa datang lebih cepat karena dia tidak dibolehkan mengunjungi penjara secara rutin.
Sejak Hamas melancarkan serangan mengejutkan ke Israel selatan pada 7 Oktober, Israel telah mengambil tindakan hukuman ekstrem terhadap tahanan Palestina di penjara-penjaranya.
Dilansir dari Middel East Eye, Rabu, 1 November 2023, Saeed Hermas yang berasal dari Bethlehem, ditangkap pada 2016 dan dijatuhi hukuman 15 tahun penjara. Dia dan Iman memiliki tiga orang anak, yang tertua berusia 12 tahun.
Iman mengatakan, setelah beberapa bulan absen dan akhirnya mendapat izin bertemu suaminya, pembatalan kunjungan tahanan tersebut merupakan sebuah pukulan telak.
“Itu tidak berhenti di situ. Tiba-tiba, bagian penjara ditutup untuk para tahanan dan semua peralatan listrik disita dari kamar mereka, termasuk televisi dan kompor. Kamar mereka diserbu dan digeledah secara menyeluruh, dan banyak barang milik mereka disita,” ujar Iman.
Iman sudah berusaha mencari informasi mengenai kabar suaminya, namun informasinya sulit didapat. Dia mengetahui dari keluarga tahanan lain bahwa administrasi penjara telah menutup toko yang mereka andalkan untuk membeli makanan, dan sekarang hanya memberi mereka makanan dua kali dalam sehari.
Sejak 7 Oktober, otoritas Israel juga telah mengumpulkan tahanan dari Jalur Gaza di semua penjara dan menempatkan mereka di satu penjara tanpa menyebutkan alasannya. Iman mengatakan, dia tidak bisa makan atau tidur sejak tindakan keras terhadap narapidana dimulai karena keprihatinannya yang mendalam terhadap suaminya.
Unit penindasan di penjara-penjara Israel telah menyerbu sel-sel, mengintimidasi tahanan dengan anjing, dan menyita barang-barang mereka. Klub Tahanan Palestina mengatakan, unit-unit ini juga memukuli para tahanan, yang menyebabkan kasus patah tulang dan memar.
“Situasinya tragis dan sangat sulit. Ada penindasan, balas dendam, dan pemukulan setiap hari di penjara,” ujar Salah Fateen Salah, yang dibebaskan dari penjara pada Selasa kepada media lokal Palestina.
“Tingkat pemukulan yang dialami para tahanan tidak dapat digambarkan, dan tidak ada akses ke klinik medis. Ini penderitaan yang sangat nyata,” ujar Salah.
Juru bicara Klub Tahanan, Amani Sarhana mengatakan, para tahanan Palestina saat ini sedang melalui salah satu masa paling sulit dan kejam karena mereka mengalami isolasi, penindasan, kelaparan, dan penolakan kunjungan keluarga atau pengacara.
“Semua prosedur hukum telah dihentikan. Hampir tidak ada pembebasan tahanan meskipun hukuman mereka telah berakhir, dan hampir tidak ada sidang pengadilan,” kata Sarhana.
“Perawatan medis juga telah dihentikan. Kita tidak lagi berbicara tentang tahanan yang mengalami kelalaian medis, namun tentang menghentikan pengobatan mereka sepenuhnya,” ujar Sarhana menambahkan.